Senin, 19 November 2012

It's Love


Its Love
Penyesalan yang selalu datang dibelakang. Ketika sebuah kebahagian baru menghampiri, namun disaat itu juga kau harus kehilangannya…adilkah ini??
Yoona POV

Sebuah pernikahan, pernikahan yang sakral untuk menyatukan sepasang kekasih yang saling mencintai. Berjanji dihadapan tuhan untuk sehidup semati, saling mencintai,mengasihi, dan menyayangi.
Apa itu terjadi padaku?
Aku rasa tidak, pernikahan yang didasari oleh keinginan orang tua..dimana tak ada cinta didalamnya. Apa aku bisa menjalani kehidupan baruku sebentar lagi ini?
Mungkin semua akan iri denganku..dapat menikah dengan seorang pria tampan yang diinginkan setiap wanita.
Tapi apakah pernikahan ini patut untuk di irikan? Sementara hatiku dan hatinya tak menyatu.
Tuhan, ku berdoa disetiap langkah yang kutuju untuk menemui kehidupan baruku, mengharapkan sebuah pernikahan yang didasari oleh kasih sayang meski kata cinta sepertinya terlalu jauh untuk diharapkan. Aku tak akan mengharapkan lebih untuk cinta, karena aku memahami posisinya.
Tuhan, semoga aku bisa menerimanya sebagai suamiku. Dan melakukan kewajibanku sebagai seorang istri.
[]

Uluran tangannya menyadarkanku bahwa kami telah berada di depan altar yang akan menyatukan kami sebagai sepasang suami istri.
Ia mengulurkan tangannya untuk menyambutku, appa mengulurkan tangannya yang menggenggam tanganku, menyatukan kami dalam genggaman.
“Aku serahkan putriku padamu” hampir lelehan bening menghiasi wajahku, ini mengharukan sekaligus menyesakkan. Kini aku dengannya telah menghadap kedepan, menghadap didepan tuhan yang akan menjadi saksi pernikahan yang suci ini.
“Choi Siwon bersediakah anda menerima Im Yoona sebagai istrimu dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit?” ujar pendeta berikrar.
“Ne aku bersedia” jawabnya terdengar datar
“Im Yoona bersediakah anda menerima Choi Siwon sebagai suamimu dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit?” ujar pendeta lagi
“—Ne aku bersedia” jawabku setelah terjadi jeda
[]
Kini kami telah berada disebuah rumah yang akan menjadi masa depan kami, hadiah dari keluarga kami. Kuikuti langkahnya memasuki sebuah kamar, yang kuyakini adalah kamar utama yang akan kami tempati. Kupandangi setiap sudut ruangan itu yang bernuansa crem dengan interior coklat.
“Tidurlah..” ujarnya akan meninggalkan kamar
“Tidurlah disini” ujarku, menghentikan langkahnya dan menatapku

Aku tertunduk “Aku tahu pernikahan ini bukan keinginan kita, tapi setidaknya kau tak perlu pindah kamar hanya untuk menghindariku”. Aku mendongakkan wajahku dan menatapnya, ia terdiam.
“Baiklah” ujarnya membaringkan tubuhnya ke ranjang dan memungguiku. Kehela nafas sesaat dan ikut berbaring disebelahnya.
[]
Sinar mentari pagi membangunkanku pada tidur lelapku, kududukan tubuhku dan menatap sosok yang kini berstatus sebagai suamiku. Ia masih terlelap damai, aku tersenyum kecil dan mulai beranjak.
Kulihat bahan-bahan makanan yang terdapat di kulkas, aku akan membuatkan sarapan untuk kami pagi ini. Kuharap ia mau memakannya. Kini aku telah menata meja makan dengan sebaik mungkin, memasakan nasi goreng kimchi. Tak lama aku melihatnya berjalan menghampiriku yang terlihat lebih segar.
“Makanlah, aku sudah membuatkan nasi goreng kimchi. Kuharap kau menyukainya” ujarku
Ia mendudukan dirinya tepat pada kursi dihadapanku, kami makan dalam suasana hening. Ia masih mempertahankan sikapnya padaku, dan aku harus menerimanya.
“Emm lain kali buatkan saja waffle dan esspresso coffe” ujarnya begitu selesai memakan sarapannya
“Mianhae, aku tidak tahu. Mulai besok aku akan membuatkan waffle dan secangkir esspresso untukmu” ia hanya menganggukan kepala dan berlalu
Kupandangi punggungnya yang menjauh, menghela nafas sesaat dan mengembungkan pipiku “Huft..setidaknya ia memakan sarapan buatanku” aku tersenyum dan mulai merapikan piring-piring kotor ini dan membawanya pada washtafle.
[]


Kini tepat sebulan setelah ikrar janji suci kami di altar. Walaupun sikapnya masih dingin padaku tapi hubunganku dengannya baik-baik saja setidaknya tidak ada pertengkaran yang menghampiri kami, aku memakluminya dan tak memaksanya. Aku sadar pernikahan ini bukan keinginannya.
Aku sudah menyiapkan makan malam untuknya, dan menunggunya pulang kerja. Duduk di meja makan menanti kedatangannya, tersenyum puas akan hasil masakkanku.
Tak lama aku mendengar suara pintu terbuka, berarti ia telah kembali, kulangkahkan kakiku menghampirinya.
“Kau sudah pulang oppa” sapaku, ia menganggukkan kepalanya
“Bersihkanlah dirimu, aku menunggu di meja makan” lanjutku
“Kita tidak akan makan malam di rumah” ujarnya, aku menatap bingung padanya
“Eomma memintaku agar kita makan malam bersamanya” jelasnya dan aku mengangguk mengerti “Bersiaplah”
Aku segera melangkahkan kaki ke kamar dan merapikan diri untuk berkunjung ke rumah mertuaku, sedikit sedih karena makan malam yang telah aku siapkan menjadi terbuang sia-sia, namun aku memaklumi itu.
Kulangkahkan kakiku bersamanya memasuki rumah yang berdiri kokoh nan megah itu, dan melihat kedua orangtuanya dan Sulli yang menyambut kedatangan kami dengan senyuman.
“Kalian sudah datang, kajja aku sudah menyiapkan makanan yang banyak untuk anak dan menantuku” ujar eomma merangkulku menuju meja makan.
Suasana hening di meja makan, appa dan eomma mertuaku, Sulli adik Siwon oppa dan tentu aku dan juga Siwon oppa menikmati makan malam dengan suasana tenang.
“Bagaimana kehidupan baru kalian?” Aku hanya diam, menunggu Siwon oppa yang akan mengatakannya, “Semua baik-baik saja” jawabnya
“Kami sudah menyiapkan paket bulan madu untuk kalian, anggap sebagai hadiah dari kami” ujar eomma antusias. “Bagaimana dengan perusahaan, aku tak bisa meninggalkannya” sanggah Siwon oppa. “Gwenchana Siwon-yang, appa akan menghandel pek
erjaanmu” jawabnya “lusa kalian bisa pergi” ujar appa
Tepat pada akhir pekan, aku sedang memasukkan pakaianku dan Siwon oppa pada koper-koper kami”
Seperti yang telah dikatakan oleh appa dan eomma tentang rencana bulan madu kami, entahlah..apa ini bisa dikatakan bulan madu atau tidak? Hubunganku dengannya masih sama, tak ada yang berubah.
“Oppa, pakaianmu sudah aku masukkan ke koper” ujarku begitu melihatnya keluar dari kamar mandi. “Ohh gomawo” jawabnya singkat, aku tersenyum dan berlalu. Aku tahu ia akan mengganti bajunya..
[]

Bandara ini terlihat ramai akan orang-orang yang berlalu lalang, kini aku dan Siwon oppa telah berada dikeberangkatan luar negeri bersama keluarga kami yang mengantar.
“Jaga diri kalian disana” “Siwon-yang titip putriku” “Jaga istrimu Siwonnie” “Oppa, aku titip oleh-oleh ne”


“Baiklah” Siwon oppa menjawab
“Oppa! Titipan oleh-olehku yang ini lohh” ujar Sulli sambil menirukan gerakkan tangannya didepan perutnya “Aku ingin keponakkan”.... “Aisshh kau ini” aku tertunduk malu mendengarnya
“Kalau begitu kami pamit” ujar Siwon oppa. Aku memeluk eomma-ku, eomma mertuaku, dan Sulli. “Hati-hati dan jaga dirimu disana, kalau ingin pergi..ingat untuk selalu bersama Siwon” pesan eomma-ku. Aku tersenyum “Ne eomma”
[]
kami tiba di paris...



Kini aku dan Siwon oppa telah berada  disebuah kamar hotel yang telah disiapkan untuk kami, kamar ini sungguh indah dan romantis. Aku sungguh menyukainya. Aku sepertinya akan betah berada disini walaupun kami hanya dua hari, mengingat Siwon oppa yang memiliki banyak pekerjaan di kantor.
Kutolehkan kepalaku melihat dirinya yang sedang berkutat dengan Ipad yang berada digenggamannya, kuberanikan diri untuk menghampirinya.
“Oppa..” panggilku ketika telah duduk dikursi samping dirinya
“Emm” ia hanya berdeham mendengar panggilanku


“Bisakah kita pergi jalan-jalan malam ini” pintaku walau sedikit ragu
Ia menolehkan kepalanya menatapku, aku membalas tatapannya meminta persetujuan darinya..ingin sekali menikmati liburan ini dengan berkeliling kota paris yang cantik dan romantis..tidak hanya berdiam diri di kamar hotel.
“Baiklah” jawabnya singkat
[]
Kini aku dengannya telah berada di sebuah festival yang kebetulan diadakan di kota tersebut, sungguh cantik..lampu-lampu menara eiffel yang terang semakin menambah cantik tempat tersebut.
Melelahkan mengelilingi tempat ini yang penuh dengan berbagai parade yang diadakan dan berbagai stand yang terdapat disetiap sudut. Jemarinya menggenggam jemariku erat, aku tersenyum merasakannya walauku tahu ia melakukan itu agar aku tak tersesat ditempat yang padat akan pengunjung itu. kami mendudukan diri pada sebuah bangku panjang bercat putih.
“Aku akan membelikan minum, kau tunggu disini” ia segera bangkit dan melangkah menjauh begitu selesai mengatakannya, aku tersenyum menatap punggungnya yang semakin menjauh.
Kuperhatikan sekelilingku, tempat ini sungguh ramai..berbagai makanan yang menggugah selera tersedia di setiap stand, belum ditambah pernak-pernik lucu dan unik yang memang ditujukan untuk menarik turis-turis yang berkunjung di negara yang terkenal romantis ini.
Kulirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku, sudah setangah jam aku menunggu namun aku belum melihat bayang Siwon oppa. Apa sejauh itukah membeli minuman?
Kuberanjak dari dudukku dan mulai melangkah, aku akan meneruskan mengelilingi festival ini, siapa tahu akan bertemu Siwon oppa dijalan. Kuikuti saja kemana langkah kakiku akan membawaku, semua indah disini, kupandang menara kebanggaan negera ini, sungguh eksotis dan memukau.

“Sudah jam 9 malam, aku harus segera menemukan Siwon oppa” gumamku dan melangkahkan kakiku lebih cepat, kutolehkan kepalaku ke kiri ke kanan dan kebelakang..berharap akan menemukan sosok pria yang memiliki tubuh tinggi tegap oleh retina mataku.
“Ahh itu oppa” riangku ketika melihatnya dan mulai melangkahkan kakiku lebih cepat
“Oppa! Bagaimana dengan yang ini” kuhentikan langkah kakiku begitu melihatnya, ia tersenyum begitu manis, aku tersenyum getir memandangnya dan memilih untuk membalikkan tubuhku dan menjauh.
Yoona POV END

Siwon POV
Genggamanku tak pernah lepas dari jemari wanita yang kini menyandang status istriku, kulihat raut wajahnya yang menunjukan lelah walau senyum masih menghiasi wajah cantiknya.


Kuakui, istriku memang cantik, sangat cantik bagaikan seorang dewi. Semua orangpun akan sependapat dengan ucapanku ini. Dari ujung rambut hingga ujung kaki ia selalu memancarkan kecantikannya, walaupun hingga saat ini aku masih acuh dan dingin padanya. Entahlah…Sebenarnya, aku belum menyetujui pernikahan ini. Aku masih trauma dengan yang namanya cinta.
Dimana disaat aku begitu mencintai seseorang, tapi dengan teganya ia berselingkuh dibelakangku. Yang membuatku tak habis pikir ia membela selingkuhannya itu ketika tertangkap basah olehku. Sejak saat itu aku benci dengan kata-kata cinta, semua hanya bulshit.
“Aku akan membelikan minum, kau tunggu disini” ujarku padanya dan segera berlalu  tanpa menunggu jawaban darinya. Kutelusuri setiap stand untuk mencari minuman untukku dan untukknya.
“Siwon oppa!!” seruan seseorang membuatku menolehkan kepalaku mencari dimana suara itu berasal, kulihat seorang wanita dengan senyuman khasnya menghampiriku
“Oppa, apa kabarmu? Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya
“Ohh Fany-ah, kabarku baik, aku sedang liburan disini. Bagaimana kabarmu?”
“Kabarku baik oppa. Lama kita tak bertemu, kau semakin tampan saja”
Aku hanya tersenyum tak menimpali ucapannya
“Kau sendiri oppa? Ohh yaa aku sedang mencari pernak-pernik untuk kubawa ke Korea, disaat sedang ada festival seperti ini, langsung saja aku datang. Temani aku oppa?” pintanya tanpa memberikan kesempatan untukku untuk menjawab, ia segera menarikku “Kajja”
“Huaa cantik-cantikkan oppa” serunya begitu beerada disebuah stand yang menyediakan berbagai macam pernak-pernik, aku hanya diam.
“Sekarang kita kesana oppa” ia kembali menarikku menuju tempat yang diinginkannya, sepertinya tak ada gunanya aku menolak..pasti ia akan memaksaku
“Oppa! Bagaimana dengan yang ini”
Setelah berkeliling dan juga mendapatkan beberapa peper bag ia mengeluh padaku “Emm aku haus oppa”
‘Haus?’
‘Omo Yoona!’ kulihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku ‘Shit sudah sejam aku meninggalkannya. Ahh bodoh kau Choi Siwon, bisa-bisanya kau meninggalkan istrimu dan jalan dengan wanita lain’
“Mianhae Fany-ah, aku harus segera pergi” ujarku menyerahkan beberapa peper bag padanya
“Ehh waeyo oppa?”
“Aku sudah terlalu lama meninggalkan istriku, aku tak ingin sesuatu terjadi padanya” entah mengapa kalimat itu yang keluar dari bibirku.
“Istri?” gumamnya
“Annyeong”
“Chakamman, aku akan membantumu mencarinya” ia menghampiriku, aku tak peduli dan melangkah ketempat dimana aku meninggalkan Yoona.
Kuhentikan langkah kakiku begitu melihat sebuah bangku yang ditempati olehku dan Yoona tadi namun aku tak menemukan sosoknya
“Ohh God!” aku mengusap wajahku, mungkin terlihat jelas gurat kekhawatiran diwajahku
Ku tekan layar ponselku untuk menghubungi Yoona, nada sambung mulai terdengar namun tak kunjung diangkat “Shiittt”
Aku terus berkeliling mencari sosoknya, hampir sejam aku memutari tempat festival ini. Namun sosoknya tak juga aku temukan. Hawa dingin kini mulai terasa ditubuhku walau kini aku telah menggunakan mantel. Kutadahkan kepalaku menatap langit, butiran-butiran salju telah turun.
‘Ohh God! Salju akan turun. Dimana kau Yoong? Kau hanya memakai dress selutut dan sweater tipis’ gumamku
“Oppa..mungkin kita berjalan menuju hotel tempat menginapmu saja, siapa tahu ia pulang terlebih dahulu” benar, siapa tahu ia sudah kembali ke hotel
Segera kulangkahkan kakiku menuju hotel tempatku menginap, jaraknya tak terlalu jauh dari festival ini.
“Tenanglah oppa, lebih baik kau istirahat dulu, kau sudah mencarinya dari tadi” aku hanya diam, begitu tahu aku tak menemukannya selama perjalanan menuju hotel.
‘Apa Yoona baik-baik saja atau sesuatu yang buruk terjadi padanya?’
“Aawww” kubalikkan tubuhku yang sedang berjalan memasuki hotel bersama Tiffany begitu mendengar suara seseorang.
“Yoong!” seruku begitu melihat sosoknya yang telah menabrak seseorang yang meringis kesakitan tadi, ia telihat pucat, aku segera menghampirinya “Gwenchanayo?” tanyaku pada Yoona yang kini bersandar didekapanku.
“Sorry Miss, on my wife’s fault” ujarku pada seorang wanita yang tak sengaja ditabrak Yoona, ia sepertinya juga mengkhawatirkan keadaan Yoona yang terlihat pucat.
“Ohh no problem, your wife seems ill”
Setelah wanita itu berlalu, kembali kualihkan pandanganku pada sosok Yoona yang masih berada  dalam dekapanku. “Tubuhmu dingin sekali Yoong” aku memeluknya erat dan segera mengangkatnya keatas menuju kamar kami
Kubaringkan tubuhnya pada ranjang dan menyelimutinya, tapi ia masih menggigil “Apa masih dingin?”. Aku pun menyalakkan pemanas ruangan, tapi ia masih saja menggigil.
“Dingin oppa” segera kupeluk tubuhnya yang masih berbaring, mencoba menghalau rasa dingin yang ia rasakan dan memberikan kehangatan dari tubuhku, menghembuskan nafas hangatku pada tengkuknya dan  akhirnya aku berinisiatif untuk membuka sweaternya dan membuka bajuku agar lebih cepat menghantarkan panas melalui kulit sambil memeluknya dengan erat  dan  mempertahankan posisi tetap seperti ini cukup lama.
Tanpa kusadari aku pun mulai memandangi wajah cantiknya yang sedang terpejam dengan lebih dekat.

Kuangkat wajahku untuk melihat wajahnya yang masih diam tak bergeming karena menahan dingin dan masih mendekapnya erat, menelusuri wajah cantiknya bagaikan seorang dewi. Kelopak matanya bergerak perlahan dan mulai membuka mata indah itu. aku masih terdiam dan tetap memandang wajahnya menelusurinya dan akhirnya memberanikan diri untuk menyentuhnya mulai dari kening, mata, pipi, hidung, dan beralih menuju bibirnya yang berwarna agak pucat namun tetap terasa manis.


Terhipnotis !!!!!
Dan semakin mempersempit jarak antara kami, hingga dapat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh permukaan bibirku, memejamkan mata dan mencoba untuk menikmatinya, ya aku mencium bibir mungil itu. Entah apa yang merasuki pikiran ini hingga aku begitu tergoda untuk mencium bibir indahnya.
Memagutnya perlahan dengan lembut, tangannya mengalung indah dileherku, membalas apa yang kulakukan. Mencoba lebih memperdalamnya hingga ia tak segan membuka belahan bibirnya, menyambutku untuk memasukinya lebih hingga kami merasakan kenikmatan saat bibir kami saling menyentuh satu sama lain.
Kemudian turun pada leher jenjangnya, kembali menghembuskan nafas hangatku, mencium, dan menghisapnya dengan kelembutan hingga menimbulkan warna kemerahan pada permukaan kulit yang putih itu.
Tak dapat lagi ku tahan hasrat yang menggelora di dada, aku terus menciumi tubuh indah milik istriku hingga menyentuh bagian bukit kembar indah miliknya. Ia hanya melenguh merasakan kegelian pada bagian sensitif itu. Menyerahkan pada keinginan untuk memiliki saat ini.



Hingga kami saling membutuhkan dan ingin melampiaskan hasrat ini berdua bersama- sama merasakan nikmatnya percintaan sebagai suami istri yang belum kami rasakan sebelumnya.
Dan seperti air yang mengalir satu persatu pakaian yang melekat pada tubuh kami pun lepas, hingga tanpa sehelai benang pun, hanya tubuh kami berdua saling bersentuhan antara kulit indah, merasakan sensasi yang lain melalui sentuhan sebagai suami istri.
Kulihat tubuh istriku yang indah memukau, bahkan dengan tanpa sehelai benang pun ia masih memukau bagaikan seorang bidadari. Dengan kulit mulus seputih susu, perut yang rata dan pinggang yang ramping aku pun ternganga menyaksikan keindahan ciptaan tuhan pada seorang wanita.


Ya wanita itu adalah istriku yang sekarang tersenyum menatapku, senyumnya itu mengisyaratkan bahwa ia menyerahkan diri seutuhnya kepadaku, suaminya. Menyerahkan hati dan tubuhnya hanya untuk suaminya seorang, memberikan sesuatu yang selama ini selalu ia jaga hanya kepadaku, Choi Siwon.
Terimakasih Im Yoona..



Lalu kami pun mulai melakukan hal yang seharusnya kami mulai lebih dari sebulan lalu, sesaat setelah kami mengucap janji bersama di altar.
 Siwon POV END
Author POV
Pagi menyambut kota penuh cinta itu, mentari yang terbit dan burung yang berkicau dengan indah, dimana malam lalu salju turun membuat pagi itu begitu bersinar.
“Eemmm..” lenguhan dari sosok wanita yang baru terjaga dari tidurnya
‘Tubuhku terasa remuk dan lelah serta sakit semua gumamnya

‘Eh apa ini, mengapa keras dan berbentuk’ gumamnya lagi sambil meraba sesuatu dengan telapak tangannya. Segera dibuka mata indahnya itu dan memandang terkejut pada sesuatu yang berada dihadapannya ‘Omo!’ ia mengadahkan kepalanya dan mendapati seorang pria yang masih terlelap, ia juga menyadari ada sebuah tangan yang memeluk pinggangnya possesive dan seperti tak ingin pergi jauh.
Ia kembali melihat dirinya, dan langsung membulatkan sempurna dikala ia melihat dirinya yang tak memakai sehelai benangpun dan hanya tertutupi oleh badcover bersama suaminya.
‘Eottokhae?’
Ia singkirkan perlahan tangan yang masih memeluk tubuhnya itu dan mencoba bangkit dari ranjang, begitu ia mendudukan dirinya ia bisa melihat pakaian mereka yang sudah menghambur dilantai. Ya itu pakaian mereka, oh tuhan pakaian itu telah terlepas dari tubuhnya.
“ Jadi aku benar-benar telah melakukannya?” melakukan bersama suamiku, Choi Siwon.
Segera ia bangkit dan mengambil kimono yang berada tak jauh dari tempatnya kemudian segera  menuju kamar mandi.
[]
Dipandang dirinya pada cermin, mencoba untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya. Kilasan dimana ia menunggu suaminya dan melihat sang suami bersama wanita lain. Dan…dimana ia hampir jatuh ketika menabrak seseorang hingga berada dalam dekapan Siwon.dan..dan….
“Huaaa eottokhae..?” gumamnya sambil menggigit bibirnya menghalau kepanikan yang ia rasakan
Dipandang dirinya lagi pada cermin tersebut lebih teliti dan dapat terlihat beberapa bercak kemerahan pada leher dan bahunya, ia tak berani untuk melihat bagian lainnya yang mungkin saja ada bercak seperti itu. Tetapi karena penasaran ia pun memberanikan membuka kimononya dan
 “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAa”  teriak Yoona kencang...
“Omona aku dan Siwon oppa benar-benar melakukannya?” ia kembali bertanya pada dirinya sendiri
[]
Teriakan Yoona yang besar pun membangunkan Siwon dari tidurnya. Terkejut  mendengar sebuah teriakan histeris di pagi hari ia pun segera bangkit dan memandang sebelahnya. Ya istrinya telah pergi meninggalkan ranjang ini.
Dan Seorang pria hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah laku istrinya, ia pun beranjak dari tempat tidur dan mengetuk pintu kamar mandi.
“yoong, apa kau baik2 saja? Kenapa berteriak pagi2 seperti ini ?” ujar siwon.
“ya. Aku baik2 saja oppa, aku sedang benyanyi tadi”, ujar yoona menahan malu.
“kalo begitu cepatlah, oppa jg ingin mandi, lalu kita segera turun untuk sarapan di lobby” uajar siwon .
“ Baiklah “
Akhirnya  Yoona keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah tergerai, siwon memandang sang istri yang begitu tak ingin memandangnya, ia sudah dapat menebak bahwa istrinya malu dengan apa yang terjadi pada mereka. Tapi ia hanya diam dan membiarkannya saja. Ia juga tak menyangka dapat melakukan suatu hubungan yang intim bersama istri yang selama ini selalu diacuhkannya.
Satu kata untuk menggambarkan istrinya kini ‘Begitu polos dan menggemaskan’
Siwon pun segera menuju kamar mandi.
Mereka pun telah selesai bersiap dan segera menuju lift untuk ke lobby bawah.


Mereka memasuki lift dan hanya saling diam, menunduk, tanpa bersuara. Tiba dilantai 3 segerombolan pemuda masuk secara beramai2 sehingga dengan segera siwon menarik istrinya mendekat agar tidak diganggu oleh pemuda2 itu.
Yoona yang melihat reaksi siwon begitu terkejut dan hanya bisa berdiam dalam pelukkan suaminya hingga tiba di lobby lift terbuka dan siwon segera menarik tangan istrinya itu.
Ketika mereka tiba dilobby, tanpa sengaja siwon bertemu dengan rekan bisnisnya yang juga sedang sarapan.
“ Good morning Tn. Choi, wah senang sekali bertemu anda di sini “ ujar rekan kerja siwon.
“ Wah, siapa wanita yg bersama mu itu, apakah dia kekasih anda ? ”
“ oh, hallo Good morning Mr, bukan, dia istri ku, perkenalkan Im Yoona “ ujar siwon
“ wah, kau benar2 beruntung, istrimu cantik sekali, baikalah nanti malam ku harap engkau dan istrimu bisa hadir ke acara pesta yang aku adakan, aku tunggu kehadiran kalian disana “ ujar rekan kerja siwon.
Oke baiklah Mr.
Jadi nanti malam aku harus pergi menemani siwon oppa ke pesta, tapi bagaimana ini aku tidak membawa gaun pesta ujar yoona dalam hati.
Lalu mereka menikmati sarapan mereka pagi ini bersama, dan siwon pun sempat memotret istrinya dengan gaya makan yang sangat lucu.

2 komentar: